Sunday 9 February 2014

TIDAK TAWAR, BERCAHAYA

Minggu, 09 Februari 2014

Ev: Matius 5 : 13-20  Garam dunia dan terang dunia

"Kamu adalah garam dunia  . Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia.  Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah  itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,  supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik  dan memuliakan  Bapamu yang di sorga."
Yesus dan hukum Taurat
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya  .
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
 5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat  sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga  .
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar  dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Ep: Jesaya 58: 1-9a Kesalehan yang palsu dan yang sejati

Serukanlah kuat-kuat  ,  janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala,  beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran  mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa  mereka! 58:2 Memang setiap hari mereka mencari  Aku  dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan  hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat g menghadap Allah, tanyanya:
58:3 "Mengapa kami berpuasa  dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan  diri dan Engkau tidak mengindahkannya  juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu  engkau masih tetap mengurus urusanmu,  dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi  serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar  di tempat tinggi.
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa  yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan  diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah  dan membentangkan kain karung dan abu  sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
58:6 Bukan! Berpuasa  yang Kukehendaki  , ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman,  dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya  dan mematahkan setiap kuk,
 58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar  dan membawa ke rumahmu  orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian  dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah  seperti fajar  dan lukamu akan pulih  dengan segera; kebenaran  menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
 58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil  dan TUHAN akan menjawab,  engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari  dan memfitnah,

TERANG YANG BERSINAR (Van Asselt dan Baptisan Pertama)
Kedatangan Gerrit Van Asselt ke Tanah Batak adalah usaha ketiga mempertemukan orang Batak dengan Kristus. Van Asselt datang ke Tanah Batak sebagai utusan sebuah jemaat desa Ermelo, Belanda. Jemaat yang dipimpin Pendeta Hans Witteven itu mengobarkan semangat Pekabaran Injil dengan semboyan Matius 28:19 "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku......". Selain Van Asselt, Jemaat Ermelo jugas mengutus Friedrich Wilhelm Betz yang bekerja di Bungabondar, J.G. Damerboer, dan A.A. van Dalen ke Pangarutan.

Van Asselt tiba di Padang, 2 Desember 1856 dan langsung meminta izin pemerintah Kolonial Belanda untuk pergi ke Tanah Batak bagian utara, namun maksud itu tidak dikabulkan. Van Asslet hanya diberi izin di Angkola yang telah dikuasai Belanda sejak tahun 1834 dan pada 1842 dimasukkan dalam keresidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga. Demi keamanan, serta menunjang biaya hidup yang serba kurang, Van Asselt dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah, dia ditempatkan di Parausorat, dekat sipirok, sejak tahun 1857, tugasnya mengawasi penanaman kopi dan pembangunan jalan di Angkola Dolok. Walau begitu tugas utamanya sebagai penginjil tidak pernah diabaikan, Van Asselt mendirikan tempat tinggal diatas tanah pemberian Na lolot Nasution. Di tempat inilah Van Asselt mengumpulkan budak anak-anak yang dia tebus di pasar sipirok. Masa itu praktek perdagangan manusia di Tanah Batak merupakan salah satu aktivitas ekonomi bernilai tinggi.
Anak-anak itu selanjutnya diajari dan dikenalkan pada Injil. Bersama mereka turut juga anak-anak Parausorat dan desa sekitarnya. Hasilnya, di Sipirok pada 31 maret 1861, Van Asselt membaptis Simon Siregar, seorang anak raja setempat, dan Jakobus Tampubolon, bekas budak yang ditemukan Van Asselt di Barus. Keduanya menjadi orang Batak pertama yang mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat-Nya. Jelas bahwa karya Van Asselt merupakan api kecil yang menerbitkan terang yang besar bagi orang Batak. Van Asselt menabur benih kekristenan di Tanah Batak, yang akan terus berubah di bawah cahaya Injil yang menerangi kehidupan orang Batak

Pertemuan Parausorat, 07 Oktober 1861
Sebuah keadaan yang tidak menggembirakan terjadi di Kalimantan pada tahun 1859. Pangeran Hidayat, pemimpin rakyat Banjar melakukan perlawanan hebat terhadap Kolonial Belanda. Dipicu usaha kolonial untuk mengukuhkan calon sultan yang tidak disukai rakyat, perang itu ternyata berakibat fatal bagi pekabaran Injil disana. Perlawanan kepada Belanda meluas menjadi kebencian kepada bangsa Eropa. Akibatnya 3(tiga) orang pekabar Injil Rheinische Mission Gesselschaft (RMG), yang akan memulai usahanya sejak tahun 1836, tewas terbunuh, Pekabar Injil lainnya, Van Hoefen, Klammer, Denninger, Beher, Zimmer, dan Suster Rott, terpaksa mengungsi ke pulau jawa. Misi RMG berujung pada ketidakpastian. Pada saat Dr. Friedrich Fabri, pimpinan RMG di Jerman tengah berkunjung ke Negeri Belanda. Disana dia bertemu Van der Tuuk dan membaca karya-karyanya mengenai Batak, Van Der Tuuk banyak memberi masukan dan dorongan agar Febri mempertimbangkan pekabaran Injil di tanah Batak.

Karena kondisi Kalimantan tidak memungkinkan lagi, Febri memutuskan RMG untuk bekerja di Tanah Batak. Febri segera memerintahkan Van Hoefeh untuk mencari tahu peluang pekabaran Injil di tanah Batak, Van Hoefeh segera menuju Sibolga untuk bertemu dengan Van Asselt, Betz dan Dammerboer. Dari pertemuan itu, Van Hoefeh menyimpulkan bahwa peluang di tanah Batak terbuka besar. laporan itu membesarkan hati para pengurus RMG dan segera mengutus pekabar Injil Johan Carl Klammer dan Wilhlem Carl Heine yang baru menyelesaikan studi si Seminari Bremen, segera menuju tanah Batak.

Setiba di tanah Batak, Klammer dan Heine segera menemui pekabar Injil Belanda yang sudah lebih dulu disana. Hasilnya bersama Van Asselt dan Betz, mereka mengadakan sebuah pertemuan di Parausorat, pada 7 Oktober 1861. Sebuah visi Alkitabiah menjadi dasar dalam pertemuan itu, "Gunung RUMAH TUHAN akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana". (Mika 4:1)

Dalam rapat, yang dipimpin Klammer  bersama Heine sebagai notulis, itu dibicarakan srategi pekabaran Injil 
ke seluruh Tanah Batak. Mereka sepakat membagi pekerjaan berdasarkan wilayah. Klammer di Sipirok, Betz di Bungabondar, Van Asselt dan Heine ke Tanah Batak bagian utara. Sebenarnya Klammer dan Heine yang bertuga di Tanah Batak utara namun tidak jadi karena keduanya belum mampu berbahasa Batak. Mereka juga sepakat untuk bekerja berdasarkan blue print = pelayanan yang holistik yakni membangun christendom atau pergodungan yang terdiri dari Gereja, Sekolah dan pusat pelayanan kesehatan.

Pekerjaan itu dilakukan dibawah koordinasi RMG. Dengan demikian, Van Asselt dan Betz bergabung dengan pekabaran Injil Jerman itu. Dua Pekabar Injil Belanda, Van Dalen dan Dammerboer memilih bergabung dengan lembaga misi lainnya. Pertemuan Parausorat itu merupakan pertemuan bersejarah yang membuat pekabaran Injil di Tanah Batak dapat dilakukan secara terorganisasi. Keteraturan semacam itu menjadikan Injil di Tengah-tengah orang Batak menyebar dengan cepat. Klammer mendirikan jemaat di Sipirok tahun 1861, Betz mendirikan jemaat di Bungabondar tahun 1861, Van Asselt mendirikan jemaat di Sarulla tahun 1862, Heine mendirikan jemaat di Sigompulan, Pahae tahun 1862.

No comments: