Sunday 7 September 2014

MENONIT (MISI RUSIA DI TANAH BATAK

Sebuah keunikan terjadi di Tanah Batak. Jika di Eropa, sejak reformasi Marthin Luther, kaum Anababtis di musuhi dan dianiyaya, maka di Tanah Batak aliran ini, terutama dari kelompok Menonit, bekerja leluasa bersama pekabar-kabar Injil dari RMG. Kerjasama itu tidak hanya dalam pekerjaan penginjilan melainkan sejak masa pendidikan, beberapa pekabar Injil Menonit yang bekerja di Tanah Batak merupakan lulusan Seminari Barmen.

Dengan demikian metode kerja mereka tidak berbeda dengan Pekabar Injil RMG. Selain itu ada lagi fakta sejarah yang unik bahwa, meskipun berada dibawah naungan Lembaga Sending Belanda, seluruh Pekabar Injil Menonit yang bekerja di Tanah Batak berasal dari Rusia. Misi Menonit pertama di Tanah Batak dilakukan oleh Heinrich Dirks (1842-1915). Dirks lahir di penampungan pengungsi Menonit Molotschna di Gnadenfield, Ukraina. Dirks merupakan orang Menonit Rusia pertama yang memperoleh pendidikan Pekabaran Injil di Seminari Barmen dari 1862-1866. Dia juga belajar bahasa Melayu, Jawa, Belanda dan Inggris di Amsterdam. Kedatangannya ke Sumatera disponsori oleh Persekutuan Misi Menonit Belanda atau Doopsgezinde Zendings Vereeniging (DZV). Bersama istrinya Agnes Schroder, Dirks memulai pekabaran injil di Pakantan Mandailing tahun 1871. Seperti Nomemsen, Dirks membuka perkampungan Kristen di desa Hutabargot. Disana dia membaptiskan tiga orang anggota keluarga pemimpin desa tersebut.

Kendati mengambil miodek pekabaran injil RMG yang mendirikan sekolah dan rumah sakit untuk mendukung penginjilan, pekerjaan Dirks nampak tidak terlalu berkembang. Dalam sepuluh tahun dia hanya membaptis 125 orang, mungkin akibat kuatnya Islam di Mandailing. Pada tahun 1881 Dia meninggalkan Pakantan dam kembali ke Ukraina. Selanjutnya Jemaat Pekantan diasuh Tilleman Ernst Irie, pekabar injil RMG, sedangkan ke Muara Sipongi DZV mengirim Nikolai Wiebe. Semasa pelayanan Irie dan Wiebe itulah Hester Needham, seorang pekabar injil perempuan Inggris yang bekerja untuk RMG, bekerja di Mandailing, Pekerjaan ke Tiga orang ini dapat dilihat sebagai bentuk kesepahaman dan kerja sama antara RMG yang Lutheran dan DZV yang Menonit.
,
Irie berada di Pakantan sampai tahun 1888 sebelum digantikan orang Rusia lainnya, Gerhard Nikkel, pada1901 Nikkel di gantikan oleh Johann Thiessen yang menyatukan Jemaat Pakantan dan Muara Sipingo hingga 1909. Thiessen (1869-1953), yang berasal dari rusia selatan adalah Figur istimewa dalam sejarah Gereja di Tanah Batak, karena 2 hal:
1. Dialah yang mengenalkan budidaya Kopi jenis Arabica di Pakantan, Thiessen berjasa mendirikan Mandailing sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di dunia.
2. Oleh sebab-sebab perbedaan pandangan Theologis, Thiessen kemudian meninggalkan Gereja Menonit tahun 1921 dan menyebarkan aliran Pinkster atau Pantekosta. Aliran ini belakangan mengorganisasikan diri dalam Gereja Pantekosta Indonesia (GPDI). Aktivitas Pinkster di Tanah Batak sejak Tahun 1930-an cukup menggangu pelayanan HKBP. Tidak mengherankan dalam Konfessi 1951 HKBP menyatakan Pinkster sebagai aliran yang mengancam ajaran HKBP.

Para Pekabar Injil Menonit lainnya sesudah Thiessen adalah David Dirks, putera Heinrich Dirks, Peter Lowen dan Peter Nachtigal, yang melayani hingga meninggal pada tahun 1928. Sepeninggal Nachtigal pelayanan Menonit di Pakantan, Muara Sipingo, Kotanopan, Penyabungan dan Hutagodang diserahkan kepada RMG.

Anggota jemaat yang tidak mau bergabung dengan RMG membentuk Perkumpulan Menonit Protestan  Indonesia dipimpin Zacharias Sahata, Pendeta yang ditahbiskam oleh Nachtigal. Belakangan jemaat itu bergabung ke dalam Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA). Jemaat Menonit tidak pernah menjadi jemaat besar, sepeninggal Nachtigal jumlah mereka diperkirakan hanya 470 orang dan tahun 1950 menyusut menjadi 150 orang, kebanyakan dari mereka kembali memeluk Agama Silom.

No comments: